Selama
hampir delapan tahun tinggal di Jogja, baru kali ini pulang kampung bukan pada
saat bulan puasa/lebaran. Bukan tanpa sebab, beberapa waktu lalu aku baru
kehilangan dompet. Barang penting seperti KTP dan ATM enyah,
walhasil harus pulang untuk ngurus ulang. Kalau ngurus ATM mah tinggal datang
ke bank bersankutan dan dalam waktu kurang dari 30 menit sudah jadi, lah kalau
KTP bisa berbulan-bulan. Sebenarnya kalau sudah pernah rekaman e-KTP kita tidak
perlu repot-repot pulang karena data kita sudah tersimpan di database, tapi aku pikir sekalian buat
SIM juga + liburan akhir tahun.
Aku jadi ingat perkataan kakakku,
kenapa ngurus ATM cuma 30 menit dan ngurus KTP bisa berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun? Ada yang bisa jawab? Hehe, birokrasi disini ruwet dan pelayanan
(service) juga buruk (rating: bintang
satu). Kok malah curhat
Pesawat
yang aku tumpangi baru saja landing
di Bandara Internasional SSK II, Pekanbaru. Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB.
Suasana terminal kedatangan belum begitu ramai, dan kabar baiknya cuaca hari
ini cerah, langit biru.
Biasanya kalau sudah di bandara,
aku minta jemput, tapi kali ini sengaja tidak mengabari kakak untuk njemput langsung ke bandara, alasannya
karena aku ingin mencoba hal lain yaitu dengan naik Trans Metro Pekanbaru (TMP)
untuk pertama kalinya. Agak bingung pas pertama kali naik busnya, karena tak
ada shelter di sekitar bandara,
sempat pesan Go-car tapi ternyata
abangnya gak bisa kalau ngebid di area bandara, akhirnya aku hanya mengikuti orang
yang mau naik trans.
Suasana di dalam Trans Metro Pekanbaru |
FYI:
“TMP akan berhenti di depan pintu
kedatangan. Sabar aja, nanti pas datang langsung deh naik. Nanya-nanya rute
nanti sama kondektur di dalam bus, dan biaya naik TMP sangat terjangkau yaitu Rp.
4000, sangat hemat sekali dibanding taksi,
ya iyalah....”
Tujuan saya adalah Jl. Harapan Raya (TMP Bandara, Turun di
RS awal bross, ganti bus no 001). Dari Jl. Harapan Raya, aku masih harus
menempuh perjalanan sekitar empat Jam lagi untuk sampai rumah dengan
menggunakan travel, biaya sekitar 50.000 (berhenti di Pasar Ukui).
Ditengah perjalanan menggunakan
TMP, tiba-tiba kakak ku telfon bahwa beliau bersama keluarganya sudah berada di
Bandara, menunggu, weleh... akhirnya aku putuskan turun di RS. Awal bross dan
nunggu dijemput. Setelah sekitar 15 menit menunggu, tampak mobil hitam dari
kejauhan datang menghampiri. Alhamdulillah, meski jam belum menunjukkan pukul
10.00 WIB tapi masya Allah panasnya sudah kerasa.
Karena tidak berencana mampir,
akhirnya aku dibawa muter-muter dulu sambil cari makan siang. Rencananya sih
mau makan di Pondok Ikan Asin, tapi belum beruntung dan akhirnya berakhir di
RM. Padang.
“perut kenyang hati pun senang”
Tepat pukul 11.00 WIB saya
meluncur dari Pekanbaru menuju kampung halaman.
Dulu, aku ini tipe orang yang
mabokan (mabok darat), paling gak suka kalau naik mobil, apalagi kalau ada
wangi-wangiannya, jadi kalau mau naik mobil harus wangi natural. Waktu pun berlalu, akhirnya aku sembuh total.
Hahaha
Selama perjalanan, aku amati
banyak sekali yang berubah. Wajah Kabupaten yang beberapa waktu lalu baru merayakan
ulang tahun yang ke 17 ini semakin meningkat. Suasana kota semakin ramai pun
dalam hal infrastruktur semakin baik, tapi masalah listrik masih byar pet...
Perkebunan sawit mendominasi view selama perjalanan, hijau, tapi
tidak menyegarkan. Suasana mobil travel alhamdulillah longgar, tapi tidak
nyaman, karena ada bapak-bapak merokok. Akhirnya aku buka jendela dan
membiarkan rambut ini berkibar diterpa angin, tidak menyegarkan juga, karena
kendaraan-kendaraan besar bersliweran dan menimbulkan aftertaste yang gak enak.
Setelah berkendara hampir empat
jam, mobil yang aku tumpangi sampai di Pasar Ukui, dulu aku sering sekali pergi
ke pasar bersama Ibu. Mobil berhenti tepat di depan Toko H. Iskandar, toko
langganan bapak.
Dari kejauhan tampak ponakanku
melambai-lambai, ya mereka sedang menunggu Om nya pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar