Akhir pekan yang lalu, aku dan
teman-teman dari Asrama Sakan Thullab (Ig:@sakanthullab.krapyak) pergi
ke sebuah desa wisata yang sudah lama ngehits dalam dunia per-air
terjunan. Air Terjun Lepo yang berlokasi di Dusun Pokoh 1, Kecamatan
Dlingo, Kabupaten Bantul, adalah tujuan utama liburan akhir pekan kami,
yang terkemas dalam acara JJP (Jalan-Jalan Pembimbing). Sebenarnya,
musim kemarau seperti saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengunjungi
air terjun, mengingat air terjun yang tersebar di Bantul tergolong air
terjun kecil dalam jumlah debit air, dan bergantung pada aliran sungai.
Pengalaman sebelumnya, aku mengunjungi Kedung Pengilon dan air nya
surut, tapi untunglah untuk Air Terjun Lepo ini meskikupn musim kemarau
masih tetap nyaman untuk berenang.
Perjalanan dimulai dari Asrama Sakan Thullab, Pondok Pesantren
Krapyak. Perjalanan menempuh waktu 60 menit dengan rute melewati Jalan
Wonosari. Sebelum sampai di lokasi utama, ada beberapa spot yang instagramable yang
sempat dikunjungi. Kami berhenti sekitar 15 menit di Watu Amben, 60
Menit di Hutan Pinus Pengger, sebelum akhirnya ke Air Terjun Lepo.
|
Spot Watu Amben menawarkan pemandangan bentang alam Jogja dari ketinggian, lokasinya persis dipinggir jalan dan gratis. |
|
|
|
Sekitar 15 menit dari Watu Amben, tepatnya di sebelah kanan jalan, ada
lokasi yang cukup menarik. Hutan Pinus Pengger, hutan ini dilengkapi
dengan rumah-rumah akar yang indah, yang dapat menyala di malam hari.
Menariknya area hutan pinus pengger ini bisa dikunjungi pada malam hari,
dan tentunya view Jogja terlihat sangat menawan.
|
Untuk masuk ke are Hutan Pinus Pengger ini cukup membayar Rp. 4000, sudah termasuk parkir |
|
Tim yang terlibat JJP (Hehe) : Left to Right (Wahyu, Hadi, Me, Zifa, Albab (behind)) |
|
The world belongs to those who read -Anonim |
|
Rumah akar, salah satu spot andalan untuk foto. Selain rumah akar pengunjuang juga bisa sewa hammock dengan biaya Rp. 10.000 | | |
|
|
Lepo Waterfalls
Perjalanan
dari Hutan Pinus menuju Air Terjun Lepo membutuhkan waktu sekitar 20
menit, untuk penanda jalan sudah tersedia sehingga mudah dijangkau, tapi
kami tetap mengandalkan google maps since this is the first time. Biaya
parkir di lokasi sebesar Rp. 3000 (motor), sedangkan untuk masuk ke
area air terjun hanya dikenai biaya pemeliharaan lingkungan, mungkin
karena musim kemarau (bukan waktu yang tepat untuk berkunjung) jadi
tidak dipungut biaya.
|
Air terjun ini terdiri dari tiga tingkat, ini tingkat yang paling tinggi, kedalamannya pas. |
|
Kalau lagi musim hujam, aliran air dipinggir saya deras. |
|
Ini dibagian bawah, berasa private pool |
|
Berasa private pool |
|
Chillax |
|
Sewa ban aslinya Rp. 5000, kalau ini mah gratis. |
Cullinary
Beruntungya, ketika kita mengunjungi desa disekitaran air terjun, ternyata sedang ada gawe. Pasar Trukan 2017, event tahunan yang menyediakan berbagai barang dagangan mulai dari makanan hingga barang-barang kesenian.
|
Branding |
|
Sumpah ini enak banget ! Nasi jagung + ikan asin, tempe bacem, sambel, sayur rebus + sayur garang asem (nggak ke foto). Hanya Rp. 10.000 |
|
Pecel templek, dibungkus pakai daun jati, hanya RP. 1000 sudah termasuk gorengan |
|
Memesan makanan, pas berangkat pasarnya rame banget, sekarang sepi dan tinggal sisa-sisa. |
|
Mangut Lele Mbah Marto, lokasi dibelakang Kampus ISI Yogyakarta. Ini enak juga. Untuk satu porsi Rp. 22.500 (Nasi gudeg + krecek + mangut lele + es teh) kalau cuma beli mangut lele hanya Rp. 10.000 |
|
Masaknya
masih tradisional, nah uniknya dari warung makan ini adalah kita
langsung ambil makanannya di dapur, banyak asap, tapi itulah sensasinya.
Meskipun lokasinya mencil di tengah kampung, warung ini tidak pernah
sepi dari pejabat sampai artis pun pernah singgah disini. |
|
Bersama Mbah Marto, sehat terus nggeh mbah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar