Uwa Amin, Aku, Zaky, dan Mbak ku ( Lokasi rumah sawah) |
Apa momen
yang paling ditunggu setiap ramadhan ?
.
.
Momen yang paling ditunggu tiap tahun bagi anak rantau adalah
pulang kampong, termasuk aku. Pulang kampong menjadi tradisi bagi kebanyakan
masyarakat Indonesia atau dunia pada momen atau peristiwa-peristiwa besar, kalau di Indonesia arus balek kampong terjadi
pada hari raya dan natal pun diluar negeri tak jauh berbeda. Jauhnya jarak dan
lelahnya perjalanan adalah ujian yang harus ditempuh untuk sekedar melepas
rindu dan berkah silaturahmi, karena sejatinya obat kerinduan paling ampuh
adalah bertemu dengan orang yang dirindu.
Pada ramadahan tahun ini aku pulang ke tempat bapak dan ibu berasal, Subang Jawa Barat. Keluarga kami
adalah keluarga transmigran era presiden Soeharto yang sudah menetap puluhan
tahun di Riau. Nah, berhubung tugas untuk tugas akhir belum selesai akhirnya aku memutuskan
untuk pulang ke tempat nenek.
Ada yang berubah setiap kali berkunjung ke Subang, mushola
disamping rumah yang sudah tampak bagus, beberapa sudut desa yang tak lagi
kumuh, dan pohon mangga di halaman rumah yang semakin menjulang. Namun, ada
yang tidak berubah dari desa di tepi jalur pantura ini yaitu hamparan sawah
yang menghijau dan kuliner yang tak lekang oleh waktu. Salah satu jajanan
favorit ku selama disini adalah dongkal, jajanan yang berbahan utama tepung
beras ini cocok sekali dinikmati saat pagi hari.
Aku berangkat ke Subang ditemani oleh mbakyu ku, mba Fariha
namanya. Beliau ini yang sekarang menjadi support system selama di
Jogja, mba juga yang sibuk menyiapkan buah tangan dan tetek bengek
lainnya untuk family.
Selama seminggu di Subang aku tak merencanakan untuk pergi
jalan-jalan ke tempat hits dan tempat gahol lainnya, aku ingin menikmati momen
silaturahmi ini sepenuhnya. Berkunjung ke tempat saudara, menikmati nuansa
pedesaan, dan bermain dengan para ponakan.
Selama di Subang ada dua tempat wajib dikunjungi yaitu rumah
sawah dan rumah pak kyai.
Umah sawah ( Umah = Rumah)
Sebenarnya ini adalah rumah kakak bapak, kita biasa menyebut
umah sawah karena memang lokasinya ditengah sawah. Saat di umah sawah suasana
begitu tradisional dengan rumah yang sederhana, atap genteng, dan lantai yang
belum di plester, uwa juga memelihara bebek dan ayam kampong, tanaman sayuran,
dan buah-buahan lokal. Suasana begitu desa, dan ini yang bikin betah.
Suplai bebek dan ayam saat ada saudara berkunjung ke Subang
dipasok dari umah sawah, termasuk saat aku dan mba Fariha datang, hehe.
Uwa amin, selalu menceritakan tentang perjuangannya dulu saat
masih tinggal bersama bapak dan nenek. Mendengar cerita beliau memberikan
inspirasi padaku untuk selalu semangat dan ikhtiar dalam mengejar impian, tak
ada yang tak mungkin jika kita mau berusaha. Uwa amin adalah sosok yang
sederhana dan bersahaja.
Ku hirup lagi teh melati yang diracik oleh istri uwa, wangi,
dan nikmat. Senikmat suasana senja di sore hari, ya sore hari dirumah sawah.
Ruh layaknya Handphone, butuh di charge agar tetap
hidup, dengan silaturahmi. ( Haha, analogi macam apa ini)
Pak Kyai Jahidin Fattawi (Tengah) dan aku |
Rumah Pak Kyai.
Hikmah silaturahmi pada suatu pengajian yang pernah aku ikuti
adalah menambah kawan, memanjangkan umur, dan dimudahkan rezekinya.
Tempat selanjutnya adalah pak Kyai (Pondok Pesantren Miftahul
Ulum Kebondanas Pusakanegara), beliau merupakan sahabat bapak. Beliau sering
sekali berkunjung ke rumah (Riau) karena seringnya aku mengenal dekat beliau,
beliau sudah aku anggap bapak. Ini adalah kali kedua aku silaturahim ke tempat
beliau. Rencana awal saat aku akan ke Subang bapak menelfon pak Kyai untuk
mengabarkan berita tersebut, dan aku ditawarkan untuk tinggal di pondok selama
liburan di Subang.
Wejangan-wejangan beliau selalu kutunggu, beberapa nasihat
yang beliau sampaikan salah satunya adalah tentang kesederhanaan. Arane wong
nuntut ilmu iku prihatin lan sabar, nang Hamid lamon bisa nglakoni insha Allah
hasil maqsud. Dan wejangan-wejangan lainnya.
Aku melihat bapak dan pak yai adalah sahabat yang saling
mendukung saat suka dan duka, #friendshipgoal banget lah. Alhamdullillah,
semoga Allah memberkahi beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar