Tulisan ini saya buat sesuai dengan kenyataan yang ada dalam dunia
pertelevisian di Indonesia, sudah sejak dulu tayangan televisi di Indonesia
hanya mengikuti pasar, tidak ada yang konsisten banyak modifikasi tayangan yang
sebenarnya sama, kurang kreatif dan edukatif dalam membuat program acara,
hiburan yang tidak bermutu yang lebih di tonjolkan, dunia ini mempunyai
pengaruh besar dalam membentuk dan mempengaruhi pola pikir masyarkat negeri
ini. Melalui tayangan-tayangan TV bisa mempengaruhi pola pikir sesorang.
Hampir setiap hari
tayangan-tayangan TV lebih banyak menciptakan energi negatif, bisa dihitung
tayangan/program/stasiun TV yang konsisten dalam penayangan. Rakyat negeri ini
dijejali dengan tayangan-tayangan yang tidak bermutu. Coba perhatikan tayangan
TV dirumah setiap hari Gosip selebriti, sinetron, reality show, program musik
yang berlebihan. Hampir disetiap stasiun televisi memiliki program yang sama.
Rakyat dinegeri ini dibuat terlena dengan impian dan kemustahilan yang
ditayangkan di TV, menurunkan jiwa kreatifitas rakyat. Lihat saja tayangan TV
pada saat ini anda akan menjumpai tiga kali tayangan gosip selebriti pagi,
siang, sore. Apakah penting ? sinetron yang semakin aneh dan hampir setiap jam
selalu ada hingga ratusan episode, tayangan musik hampir setiap hari dengan
presenter dan artis yang berpakaian seksi dan tayang pada waktu produktif,
reality show yang mengumbar aib, berita korupsi. Tragisnya rakyat di negeri ini
tidak sadar bahwa energi negatif telah mengelilingi mereka dan lebih tragis
lagi bahwa mereka hanya dijadikan pasar bagi rumah produser yang hanya
mengambil keuntungan pribadi.
Akibat buruk dari
tayangan-tayangan sampah itu ternyata sangat jelas terjadi pada kehidupan masyarakat.
Contohnya pada anak-anak SD maupun SMP mereka saat ini banyak meniru bintang
film idola mereka, mulai dari gaya rambut, pakaian bahkan cara berbicara.
Maklum saja bila jarang anak zaman sekarang menyanyikan lagu anak-anak. Banyak
sekali anak yang masih duduk di bangku TK menyanyikan lagu orang dewasa. Saya
katakan ini tragis. Pengikisan jati diri bangsa dan budaya memang lebih mudah
melalui tayangan televisi (Media)dan sasaran utamanya adalah mereka yang masih
anak-anak atau remaja. Hasil yang terburuk adalah banyak bermunculan generasi
muda yang bermental krupuk.
Disaat negara tetangga
(Singapura) memberikan tayangan tentang pahlawan negeri yang dikemas dengan
sangat menarik bagi anak-anak ataupun orang dewasa dan menjadi tayangan wajib
serta ditayangkan pada jam-jam strategis, mereka mencoba mengenalkan budaya
asli mereka melalui tayangan TV bukannya mengadopsi budaya luar lalu diterapkan
pada film. Rakyat negeri ini masih dininabobokan dengan tayangan yang boleh
dibilang tidak masuk akal. Legenda daerah dibuat asal dan kurang menarik.
Begitu banyak akar budaya yang bisa diangkat ke dunia pertelevisian Indonesia.
Namun tampaknya mereka lebih mementingkan keuntungan pribadi. Saya katakan
salah satu yang bertanggung jawab atas bobroknya moral bangsa adalah mereka
yang memiliki rumah produksi film yang hanya menguntungkan individu.
Begitu banyak yang harus
diperbaiki dari dunia pertelevisian Indonesia, pemerintah dan masyarakat harus
berperan aktif dalam mengawasi tayangan televisi bukan hanya dibebankan kepada
KPI atau LSI. Sudah saatnya masyarakat indonesia cerdas dalam memilih tayangan
yang bermanfaat dan menambah wawasan. Jangan mau dibohongi oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab yang dengan perlahan akan mengikis budaya pada
masyarakat.
Abdul
Hamid. Penerima Beasiswa Hidup Ali Maksum
foundation, Counselor at Islamic Boarding School Of Ali Maksum, Indonesian
delegation for Global Youth Cultural Summit 2013. Student of Gadjah Mada
University indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar